Kamis, 26 Oktober 2017

Kertas Kemasan makanan

Kertas Kemasan Makanan
dan
Kesehatan kita

Berbagai penyakit generative saat ini cenderung menyerang ke lingkup usia yang semakin muda, salah satu pemicunya adalah pola hidup yang kurang sehat, seperti kurangnya istirahat, kurang olahraga dan juga asupan makanan yang cenderung praktis seiring dengan gaya hidup di perkotaan yang menuntut serba cepat.
Membeli makanan di luar rumah, menjadi salah satu pilihan ditengah kesibukan pekerjaan, ditambah dengan kemacetan lalulintas yang membuat semakin terbatasnya waktu di rumah untuk memasak.
Namun ketika kita memilih untuk membeli makanan di luar, terkadang faktor keamanan dari pembungkus makanan sering terabaikan/luput dari perhatian kita.  
Salah satu bahan pembungkus makanan yang paling banyak digunakan secara luas adalah kertas.
Kertas merupakan material yang harganya murah dan cenderung lebih ramah lingkungan karena dapat didaur ulang.
Kertas daur ulang berasal dari kertas Koran, majalah, buku atau boks karton bekas yang mengandung bahan berbahaya seperti timbal dari tinta cetak, bahan perekat, parafin, dan jenis bahan kimia lainnya.
Terdapat beberapa jenis kertas daur ulang yang umum sebagai bahan pembungkus makanan. Dua di antaranya  paling sering kita temui sehari-hari yaitu:
1.  ONP (old newspaper/old news print) atau kertas bekas dari koran cetak dan fotokopian
a.  Ciri-ciri  :     warna abu-abu dan berbintik-bintik warna hitam di bagian dalam.
b.  Banyak dijadikan sebagai bahan baku kotak/dus kemasan makanan, ciri-cirinya adalah warna abu-abu dan berbintik-bintik warna hitam di bagian dalam.

2.  OCC (old corrugated containers) atau kertas bekas karton boks,
a.   Ciri-ciri ;    Berwarna coklat dan berbintik-bintik warna hitam.
b.  Banyak digunakan sebagai kertas pembungkus makanan.

Harganya yang murah menjadikan kertas daur ulang banyak dimanfaatkan oleh para pedagang makanan sebagai pembungkus, contohnya pedagang gorengan, nasi padang, dan warteg.
Tidak hanya bisnis UMKM saja, banyak pengusaha makanan di level menengah ke atas seperti kafe dan restoran ternama yang masih menggunakan kertas daur ulang untuk packaging produk mereka.

Faktor efisiensi anggaran / penghematan atau  
bisa jadi karena ketidaktahuan menjadi alasan.

Penggunaan kertas hasil daur ulang untuk kemasan non makanan, seperti kertas kado atau  pembungkus barang lainnya, relatif tidak membahayakan kesehatan. Lain halnya jika hasil daur ulang tersebut digunakan sebagai wadah atau bungkus makanan.
Kertas daur ulang berasal dari kertas Koran, majalah, buku atau boks karton bekas yang mengandung bahan berbahaya seperti timbal dari tinta cetak, bahan perekat, parafin, dan jenis bahan kimia lainnya. Apabila kertas daur ulang dijadikan kemasan pangan primer (kontak langsung dengan makanan), kandungan bahan berbahaya tersebut dapat bermigrasi mencemari makanan yang akan kita makan. Selanjutnya masuk ke dalam tubuh kita bersama dengan makanan yang kita makan. Jika hal ini berlangsung terus menerus dapat terakumulasi dalam tubuh kita.
Bahaya yang mengintai di balik pembungkus makanan yang berbahan ONP dan OCC sungguh nyata. Hasil riset APKI (Asosiasi Pengusaha Kertas Indonesia) bersama dengan LIPI menunjukkan bahwa sebelum diproses di pabrik, ONP dan OCC ditumpuk di area terbuka yang langsung terpapar terik matahari, debu, kotoran, hingga air hujan. kandungan bakteri dalam kertas nasi yang terbuat dari kertas daur ulang adalah sebanyak 1,5 juta koloni/gram.
Dalam pengujian laboratorium di sampel kertas daur ulang, ada kandungan logam berat, formaldehid, klorofenol, dan falat. Akumulasi falat dan logam berat di tubuh memicu gangguan hormone dan ginjal, senyawa kimia lain bersifat karsinogenik (pemicu kanker), kata Jessica Yonaka dari Komite Humas dan Hubungan Internasional Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia dalam diskusi “keamanan Kemasan Pangan”, Selasa 16Mei 2017 di Jakarta seperti termuat dalam Harian KOMPAS, 17 Mei 2017
Lalu bagaimana sebaiknya kita menyikapi isu ini?
Dikutip dari Antaranews, Jumat (6/11/2015), pengamat industri kertas Muhammad Adjidarmo menghimbau agar masyarakat cerdas memilih kemasan makanan yang memiliki label food grade, suatu material yang memenuhi syarat digunakan untuk memproduksi perlengkapan makan
Supreme Paper
Cara mengetahuinya adalah kemasan makanan itu harus memiliki ciri-ciri putih alami, tidak berbintik dan tidak tembus minyak. 


"Memilih menggunakan kertas kemasan makanan 
food grade merupakan wujud kepedulian 
kepada kesehatan konsumen"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar